Jumat, 30 Januari 2015

Bulan

Dikala jingga sudah tiada,
Temani sang biru langit dengan cengkramannya
Ia tersenyum penuh sipu
Langit hanya tertawa
"Aku selalu ada buat kamu", rayuan pun membelai permukaannya

Dikala jingga sudah tiada,
Dipeluknya ia dipangkuannya
Berpegangan di bawah cahaya bintang
Dibelainya permukaan itu, selimutinya rembulan itu
"Aku selalu ada buat kamu", bisiknya di malam beribu bintang

Dikala jingga sudah tiada,
Sang langit memang tak ayalnya hanya kelabu
Roman picisan dibuatnya
Ditinggalkannya seluruhnya
"Aku pergi", teriaknya menggelegar di kesunyian waktu

Dikala jingga sudah tiada,
Rembulan pun menahan amarahnya
Tetapi ia hanya apa,
Pengganti sang jingga yang tiada
Tergelincir di nirwana bersama

Matahari

Jingga menggantung di kelambu
Terombang-ambing di tepian fana
Menjilat birunya langit
Ia tertawa di tengah amukan cahaya
Kemudian terbawalah ia, kedalam pusaran nirwana

Jingga menggantung di kelambu
Mengatai serapah ia marah
Biru langit tak ayalnya hanya kelabu
Ia menangis di tepian waktu
Tolonglah aku, bawalah aku ke alam sucimu

Jingga menggantung di kelambu
Berganti malam ia jadi sendu
Ketika disapa sang bintang,
Lemah tersungging senyum palsunya
Bergulir ia tenggelam, ke alam suci penciptanya

Jingga menggantung di kelambu
Selesai sudah cerita itu
Dikala jingga dikalahkan,
Ketika jingga dihancurkan,
Hingga jingga tenggelam di dalam temaram