Rabu, 25 Januari 2017

Hujan Turun di Atap Rumah #1

Sepasang mata menatap birunya langit dalam heningnya sore. Sempat terbesit di benaknya apakah semuanya akan berakhir begitu saja. Ternyata tidak. Semuanya terus berjalan. Dalam setiap detik, setiap menit, setiap jam. Selalu saja terus berjalan tanpa henti. Dijejakkan kakinya untuk yang pertama kali setelah terdiam bermenit-menit di depan sebuah pintu rumah. Akhirnya....

"Aku pulang...."

Kata yang diucapannya dengan letih dijawab oleh sunyinya ruangan gelap. Dihidupkannya saklar lampu dan lalu menatap menyusuri seluruh ruangan. Sepi. Ia berjalan menuju kamarnya meletakkan semua barang bawaan dan kemudian merebahkan badannya ke atas kasur.

"Lama gak ketemu. Kenapa kamu pulang?"

"Apa urusanmu?"

Dijawabnya dengan tawa oleh seseorang didepan pintu kamar. Wajahnya tidak ada yang berubah sedikit pun. Rasanya ingin kutinju wajah tertawanya itu. Bahkan setelah tiga tahun pun tidak ada yang berubah baik dia ataupun rumah ini. Kutenggelamkan wajahku ke bantal. Mencoba untuk meluangkan waktu bagi pria didepan pintu itu pergi. Kupejamkan mataku. Rasanya tiga tahun ini berat sekali. Hingga akhirnya mataku sudah tidak kuat lagi untuk membuka dan akhirnya aku pun tertidur pulas.

"Hahaha, udah tidur. Setelah tiga tahun kamu pergi dan datang cuma untuk tidur?"

Jumat, 20 Januari 2017

Am I Worth It?

Sekarang saya sudah berumur 17 tahun.

Katanya anak-anak jaman ini adalah generasi 'millenial'. Persetan. Sebenarnya bukan itu yang terpenting sekarang. Mau anak generasi millenial atau bukan. Hanya dirasuki oleh arwah-arwah teknologi terkini. Manusia sudah berubah. Bahkan sang penulis di laman ini juga berubah. Keapatisan manusia, keserakahan manusia, keegoisan manusia.

"Am I worth it?"

Mencibir. Atau istilah keren jaman sekarang yaitu 'bacot'. Menggulingkan. Merendahkan. Menjatuhkan. Menjegal. Sinis. Menyindir. Bukan urusanku. Luweh. Ra peduli. Kowe sopo. Sangat familiar ditelinga masyarakat saat ini. Tidak di dunia nyata ataupun dunia maya. Walau kebanyakan di dunia maya. Kejahatan manusia sudah bertambah. Sangat mudah untuk mengahncurkan orang lain. Hahaha.

Siapa tahu orang yang aku/kamu/kalian/kita cibir saat ini sedang menangis. Tak tahu siapa atau dimana ia akan bersandar. Kehilangan arah. Menangis. Menangis. Menangis.

Siapa tahu orang yang aku/kamu/kalian/kita bacotin saat ini sedang menangis. Ingin mati. Tak tahu harus bagaimana. Lelah. Menangis. Menangis. Menangis..

Siapa tahu orang yang aku/kamu/kalian/kita tak pernah pedulikan sedang menangis. Menanti teman. Hanya tercenung dengan layar hp/laptop. Tertawa bersama teknologi. Berkomentar dengan teknologi. Hanya bertemaan dengan teknologi.

"You think you know? BUT YOU DON'T."

Dimanakah kepedulian berada?

"Gws yaa..."
"Gimana sih jadi pelajar yang baik malah terjebak dalam kehidupan bebas"
"Gini nih anak jaman sekarang gak tau aturan."

Ya kepedulian aku/kamu/kalian/kita saat ini ada di laman komentar. Bales chat. Dan seperti saat ini, di post di blog. Hahaha.

Just one word from you could change someone life. Just one act from you could change someone life. (dalam hal yang baik lho ya hehehe)

"Kamu kenapa?"
"Kamu ada masalah?"
"Kalo mau curhat boleh lho"
"Kamu sakit?"
"Aku anter ke uks po? atau aku ambilin obat?"

Those are some word that I never heard again. Or even in my own mouth.

Ternyata ketidakpedulian tidak hanya terbatas pada generasi saja. Apa aku/kamu/kalian/kita sudah peduli?

Tetapi kemanusiaan belum berakhir:)

Penulis: Amalia Permata Insani
Ini hanya postingan tentang perasaan saya saat ini. Bukan bermaksud untuk menyindir seseorang, suatu kelompok/golongan. Tetap semangat dalam menjalani hari-hari dan tetap tersenyum:)