Rabu, 24 April 2019

Masalah Itu Bukan, Ini Bukan Masalah

Juli 2018, bulan dimana kehidupan saya berubah. 

Saya bukan seperti teman saya yang lain, seorang pekerja keras dalam hal belajar dan mencapai cita-cita. Saya bukan seperti teman saya yang lain, punya tujuan jelas dan tahu ingin menjadi apa. Saya bukan seperti teman saya yang lain, yang punya rencana kedepan dan berusaha dengan sekuat tenaga. Saya adalah saya. Seorang perempuan yang hanya mengandalkan keberuntungan dan pengetahuan yang seadanya.

Setelah saya, yang bahkan tidak masuk dalam seleksi SNMPTN 2018, gagal dalam SBMPTN 2018 dan tidak lulus ujian mandiri sebuah universitas, saya menjadi berpikir. Apa yang salah? Yang salah ternyata saya. Saya yang salah. Tidak berusaha, tidak memiliki target, tidak berdoa dengan keras, dan tidak memiliki niat. Awalnya saya menangis, dengan keras, menyesali apa yang sudah tidak bisa diperbuat lagi. Namun saya berpikir, saya memang salah. Bukan sesuatu yang pantas untuk ditangisi, dimana saya harusnya merasa malu. Ditolak hanya dua kali, apakah disitu saya harus merasa gagal? 

Tetapi itu terbayar sudah. Juli 2018, saya mencoba untuk mendaftar Seleksi Mandiri Universitas Brawijaya 2018. Seleksi Mandiri Universitas Brawijaya 2018 menggunakan data nilai yang diperoleh pada SBMPTN 2018. Disitu saya sudah pasrah, dengan pilihan nomor satu Hubungan Internasional dan nomor dua Psikologi. Saya tidak berpikir untuk memiliki ambisi yang kuat pada saat itu. Saya hanya merasa pasrah.

Kemudian pada suatu siang di Juli 2018, ada pengumuman bahwa hasil Seleksi Mandiri sudah dapat diakses. Ternyata jadwal pengumuman hasil dimajukan. Saya tidak ada persiapan apapun untuk mengakses hasil Seleksi Mandiri, yang walaupun sebenarnya tidak membutuhkan persiapan apapun yang berarti. Karena pada saat saya mendaftar Seleksi Mandiri dengan keadaan hati yang pasrah, saya pun langsung membuka website pengumuman hasil Seleksi Mandiri Universitas Brawijaya 2018. Setelah dua kali gagal login, hati dan pikiran saya sudah tidak karuan.

Saya mengajak Ibu untuk menemani saya login yang ketiga kalinya. Saya baca perlahan kata-kata yang tertulis di layar laptop. Diterima di FISIP - Hubungan Internasional. Saya baca berulang-ulang. Ibu saya sudah menangis memeluk saya. Kutunaikan sujud syukur ketika sadar bahwa saya benar-benar sudah diterima. Saya diterima. Akhirnya.

Ternyata tuhan Yang Maha Esa masih memberikan saya pintu lain. Sebuah kesempatan yang saya beranikan untuk ambil. Suatu kesempatan yang teramat sangat berharga. Kesempatan yang akan membawa perubahan kedalam hidup saya. Ternyata tuhan punya rencana lain. Rencana yang sangat tidak terbayangkan sebelumnya. Menjalani kehidupan di perantauan.

-to be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar